Yang paling berat saat ambil jarak itu adalah missing syndrome yang dihasilkan. Dulu yang ada dia. Yang makin berasa nggak ada. Sampai saat sadar kalo dia bener-bener udah nggak ada. Semua itu terasa. Apalagi kalo kenangan yang kita punya udah banyak banget. Sampai bingung darimana berawal, bagaimana hari-hari lampau berlalu, dan apa saja yang pernah ada diantara kita.
Jarak.
Karena jarak, yang dulunya nggak kenal bisa semakin dekat.
Karena jarak juga, yang dulunya dekat bisa berubah jauh.
Kondisi.
Disini juga harus mulai sadar, kapan harus ada disamping dia, kapan harus ngejauh dari dia.
Dewasa.
Saat mulai dewasa itulah proses harus menerima yang terjadi. Harus sadar kalo udah nggak bisa sama-sama lagi. Harus sadar kapan stay, kapan pergi, kapan let it go.
Kangen.
Inilah fase yang paling berasa dari semuanya. Bisa bilang 'I'm fine.', 'Aku rela', 'Aku move on', dsb. Tapi sadar atau nggak, sometimes, saat lihat foto-foto dulu, ngerasain keadaan yang 'dulu' ada dia, kenangan pada suatu tempat, atau bahkan lagu-lagu yang pernah jadi backsound saat berdua, secara nggak langsung bakal narik ke masa lalu 'lagi' for sure.
Missing syndrome itu berasa banget saat dengar beberapa lagu ini:
Maliq & d'Essentials - Kangen (piano version)
'Dan kangen ku padamu tiada akan dapat ku obati tanpa ku nikmati senyummu, senyum di wajahmu'
Maliq & d'Essentials - Masih tersimpan
'Masih ku ingat masa indah denganmu, tak akan dapat aku melupakan, jika ku ingat apa yang kurasakan, tak dapat dengan kata ku jelaskan'
Tamia - Almost
'Can you tell me how can one miss that she never had?'
Missing syndrome itu menerut gue begitu, syndrome kehilangan atau bisa dibilang syndrome kangen.
I know it sound crazy, but I miss you.
0 comments:
Posting Komentar