Aku menikmati malamku disini.
Ditemani secangkir susu hangat aku melihat kerlap-kerlip lampu yang menghiasi sepanjang jalan. Cantiknya. Katanya ini untuk menyambut 'tujuh belasan'. Warna-warninya dijalanan membuat aku terpesona, apalagi dilihat dari atas atap rumah. Penerangan yang tidak seterang kota sukses membuat bintang dengan indahnya melukis malam.
Benar-benar tempat sempurna untuk bersantai dari penat Bogor yang mulai ramai.
Sesekali udara malam yang 16 drajat ini membuat aku mengeratkan jaket tipisku. Sapaan angin membuat rambut hitam-merahku yang baru ini membuat sesekali aku merapihkan rambut. Padahal gelap malam tidak akan membuatku terlihat orang.
Aku menikmati hariku disini. Aroma khas pedesaan. Saat disini aku rindu rumah. Ya... Walaupun tidak ada orang disana.
Hari raya telah berlalu, aku sudah lama tidak merasakan damainya keluarga. Bukan maksud mengeluh, hanya rindu. Rindu shalat ied bersama, menyapa saudara dan tetangga bersama, dan ah... Foto keluarga.
Aku menyesal. Dulu aku tidak memanfaatkan momen yang ada. Aku sadar, keluarga ini tak kan kembali. Situasi ini membuatku canggung 'bagaimana sih punya keluarga yang sebenarnya'. Tapi saat aku membuka mata yang sudah siap meneteskan air mata ini aku sadar, Tuhan itu Maha Kuasa.
Berkata 'dunia tidak berakhir dengan status broken home atau broken child' memang tidak semudah yang aku perkirakan, apalagi sindiran lagu Mocca - Hanya Satu membuat aku terus iri. Sikapku sekarang yang acuh akan komitmen membuat hal yang aku terus dambakan hanya kebebasan.
Tapi disini Tuhan membuatku sadar akan segala anugerah yang ia berikan dibalik semua ketidaksempurnaan. Alhamdulillah Ya Allah.
0 comments:
Posting Komentar