Second Trip Day 1

"Aku suka hujan.
Ia hadir membawa sosokmu, yang aku sangat aku rindukan.
Langitpun akan tersenyum, bila kukisahkan tentang kita."

Derasnya hujan mengguyur kota ini sekali lagi. Ketiga kucing menemaniku menulis kali ini, sang betina kecil bergelut di kakiku untuk mencari perhatian, sang jantan kecil yang nakal sedang tidur di atas keset, dan si kakak terduduk di sampingku menatapi hujan turun dari dalam jendela.

Apa kalian tahu? Ada cerita lanjutan dari Venus dan Mars?

Berbeda kisah dengan dulu, kita mulai semua dengan pertemanan kita. Asli. Tanpa modus. Tanpa skandal seperti dulu. Kita pun sama-sama tau, that long lasting friend is true.

Aku yang awalnya berangkat libur UTS untuk datang ke undangan pernikahan sepupu malah terdampar di hari Minggu Pagi 6 November 2016. Tidak seperti itu sebenarnya, pastinya sebelum 'mampir' kesana aku pun menghubunginya. So this is how our second trip begin..

Setelah sehari sebelumnya negosiasi dengan Papa akhirnya sampai lagi dirumahnya. Cat rumahnya masih sama, yang berbeda hanya banyak balita-balita yang dulu belum lahir. Hari pertama kita ke Rumah Pohon LMDH 'Rekso Trimulyo' di Kecamatan Bandar, Batang. Seriously aku selalu salah kostum saat ada disini, maklum nggak ada prepare.
Lokasinya bisa ditempuh kendaraan, baik motor atau mobil. Saat aku kesana jalanan sedang dirapihkan, katanya. Sebelum parkir, kita sudah bayar parkir di awal, aku lupa 3 atau 5 ribu permotornya. Untuk HTM Rumah Pohon per orang dikenakan biaya 5ribu. Yaaa itung-itung sumbangan pengelolaan.

Disana ada 2 rumah pohon yang bisa digunakan, untuk ke rumah pohonnya kita butuh olahraga sedikit karena melewati undakan-undakan, nah ini dia yang aku bilang salah kostum, I used wedges!!!

Hamparan hijau terpapar didepan mataku, ditemani semilir angin khas dataran tinggi tentunya. Beberapa saung pun tersedia diatas, ada juga bangku dengan hiasan rotan berbentuk hati dan ayunan yang terbuat dari rotan. Awas baper.

Untuk kebersihannya tidak terlalu buruk, walaupun di bawah rumah pohon bertebaran sampah (pasti ada). Yaaa ratenya 7/10.

Perjalanan hari pertama dilanjut ke Dieng. Dimana kondisi kita hanya menggunakan kaos 3/4 dan nekat ke Dieng yang berada di pegunungan. Katanya, yang dadakan pasti jadi. Sekitar 1,5 jam waktu yang dibutuhkan dari Bandar ke Dieng, kecepatan standar karena sambil menikmati pemandangan, angin, dan cerita-cerita sepanjang perjalanan yang entah kapan akan terulang kembali. Pastinya di Bogor tidak ada.

Hawa dingin mulai terasa saat memasuki perkebunan sayur-mayur. Padahal jam baru menunjukan pukul setengah 1 siang, pas jam 1an kita sampai di Dieng. Brrr... Dinginnya Puncak Bogor pun kalah. Apalagi saat wudhu shalat Dzuhur, airnya duhhh berasa dari kulkas. Dia sih curang, punya pelampiasan rokoknya. Lah aku???

Tujuan pertama kita ke Telaga Warna, membandingkan Puncak punya dan Dieng punya. Ya beda. Disini gradasi warna benar terlihat, entah apa dulu Telaga Warna Puncak pun begitu, yang pasti saat aku kesana hanya telaga berair hijau. Di karcis HTM 5rb weekdays dan 7.500 weekend. Pengelolaan cukup baik, boleh deh dikasih rate 8/10. Wajar sih emang pusat wisata, ya pasti jelas perawatannya.   Ada juga flying fox melewati telaga, tidak begitu tinggi sih. Hari Minggu saat itu tidak begitu ramai, masih bisa lah foto-foto tanpa ada orang asing di sekitar foto. Katanya ada gua, tapi entah mungkin sudah tidak ada. Entah faktor lapar ataupun cuaca mendukung, pisang goreng di pedagang pinggir telaganya enak.

Lanjut ke Kawah Sikidang, untuk tiket HTM 15rb terusan tambahan ke Candi Arjuna. Di Kawah Sikidang beberapa objek wisata bisa pengunjung coba, seperti motorcross. Atau beberapa ornamen foto seperti spot burung hantu, kuda putih, mobil, ataupun patung dan tulisan-tulisan. Burung hantunya sebenarnya bagus, tapi aku ga tega, karena tau kesrawannya hehe.


Untuk para pencari oleh-oleh pun disini tempatnya, dari Carica sampai bunga Edelweiss (entah asli atau palsu). Saat kita mengitari kawah belerang, gerimis pun turun dan memastikan suhu akan semakin turun. Edisi nggak mau rugi pun beraksi saat gerimis mulai reda dan kita mampir ke Candi Arjuna dulu.
Entahlah kita yang tidak mengerti seni atau bagaimana, tapi aneh aja, tumpukan batu seperti ini haha. Yang jelas bentuk dan bangunannya ada kok, pas di tengah halaman Candi. Jangan bayangkan Candi yang tinggi-tinggi gitu ya gais. At least disini bersih, asli.

Hari baru menunjukan pukul 4 sore, namun jaga-jaga dari dinginnya udara, kita putuskan pulang ditemani gerimis-gerimis mengundang.

0 comments:

Posting Komentar