Bukit Sikunir.

It's not really short trip. But yeah, it's just a short trip.
And of course, with him.
Gua awalnya hanya niat pergi menjauh dari Bogor, sebentar (untuk kabur dari kondisi tertentu). Entah kemana dan berakhir disini (lagi), Pekalongan. Kamis-Minggu pagi gua melancong ke daerah Jawa Timur, niatnya mau nyari pantai di daerah Pacitan, tapi ternyata ada longsor dan rawan. So, Sunday morning gua berangkat ke Pekalongan, tentu setalah mendapat persetujuan tuan rumah. Ternyata perjalanan ini menjadi panjang..

Gua sampai di Pekalongan jam setengah 11 malam, we're at the city, but it's different with Bogor or Jakarta. Disini jam 11 di hari Minggu cafe udah jarang yang buka, ataupun hampir closed order, mau cari McD, Circle K, atau sejenisnya yang 24 hours ga ada. Ternyata ada Coffee shop yang masih mau bukain untuk kita. Konsep coffee shopnya lumayan asik untuk ngopi, ngeteh, have a meal or snack. Cerita-cerita singkat kita mulai meluncur dipertengahan malam itu.


Melalui pertimbangan jarak antara Pekalongan-Batang yang lumayan memerlukan waktu, nggak sopannya kalo bertamu (ke rumah cowok) di malam hari, yaaa gua jadinya bermalam di salah satu hotel di dekat stasiun. Siangnya gua check out dan jalan-jalan sambil nunggu dia jemput. OMG disini yang namanya bioskop ramenya ga bohong, kayaknya satu-satunya di Mall Borobudur ini. Malah katanya mesti pesen dulu. Gua yang tadinya gabut mau nonton FF8 pun gagal karena ngeliat antriannya, disini juga ngga ada tempat nongkrong asik. Pilihan gua meluncur ke masjid, ngadem dan jalan ke ACP Pekalongan yang dulu pernah gua datangi juga.

Jadwal gua kesana itu untuk melihat Golden Sunrise di Bukit Sikunir yang katanya indah. Sebenernya karena kalo ke Gunung Prau nggak cukup waktu aja. Kita sampai di Batang jam 7an, abis isya kita prepare dan meluncur kesana (well gua tamu yang sopan ya?).

Perjalanan malam yang gelap, sepi, dan makin lama makin dingin. Dari Batang sampai Bukit Sikunir memakan waktu 2 jam. Suguhan lampu-lampu kota yang terlihat, lekukan pegunungan yang kokoh berdiri, bintang dan bulan yang menggantung, hamparan udara dingin (belasan celcius deh kayaknya), benar-benar membuat malam ini indah. Terlepas dari masalah yang gua bawa dari Bogor, I just can say 'Masha Allah'. 
This places make me realize how tiny I am and my problem.
Sampai disana untuk mendirikan tenda perlu membayar kontribusi untuk lingkungan sebanyak 10.000 rupiah dan parkir untuk motor 5.000 rupiah. Beberapa peraturan akan dijelaskan petugas seperti tidak membawa senjata tajam, aklohol, tidak satu tenda antara laki-laki dan perempuan yang belum menikah, tidak melakukan tindakan asusila,  tidak merusak lingkungan dan bersedia digeledah apabila terjadi sesuatu. Well kita bikin satu tenda tapi gua nggak tidur (dingin asli), gua ngegosip bareng anak SMA di tenda sebelah.

Jam 03.30 kita cari teh hangat untuk mengurangi dinginnya udara. Wajar gua cuma pakai kaos lengan panjang dan selapis jaket tipis untuk running. What a wrong combination? Menunggu teman mendaki di pagi buta jam 4 kurang kita mulai mendaki yang jaraknya ngga begitu jauh, tapi ting Jarak dari basecamp ke puncak paling 1 km. Diatas disediakan mushola untuk shalat (dengan air yang benar-benar dingin). Gua menunggu adzan subuh di spot di bawah mushola yang cukup ramai untuk mereka yang malas naik sampai ke puncak. Weekdays kayak gini pun pengunjung nggak sepi. Gua nggak bisa mendekskripsikan indahnya pagi itu.


Setelah shalat subuh kita pun naik hingga ke puncak, tapi bukan puncak yang sama dengan orang-orang, spot yang biasanya dituju orang merupakan spot dengan gazebo, tapi gua ke puncak lainnya. Disini lebih tinggi sedikit dan berada dibelakang puncak bergazebo tersebut.

Perlahan tapi pasti matahari mulai menampakan diri, mengintip dari gumpalan awan. Gelapnya langit yang berbintang pun perlahan sirna digantikan golden sunrise yang kita tunggu. Perfect. Beautiful. I can't explain how it's. Kalian cuma butuh kesana dan buktikan keindahannya.

The world's taught me how to be grateful.
Hari itu akan menjadi hal yang bersejarah, nggak akan permah gua lupain. Satu dan lain hal kita bikin trouble disana. Dianggap sehotel dan sekamar serta ke Dieng setenda. Goshhh, we were not in the kind of that relationship. C'mon, ya I do have special feeling for him, but it's over. We just a best craziest friend. Yaaa I know people would talk about 'Mau gimana pun kalian cewek-cowok' Yes of course, but can't you just thinking about the normal things???



The worst things yang terjadi di penutup journey gua dan dia bukanlah moment end yang baik. Ibarat putus ya ini nih yang ngga baik. I feel bad about kondisi ini, keluarga dia yang udah baik banget mesti berakhir kecewa dengan kita. I do confused because that things, setelah ini kali ketiga gua kesana, kenapa mereka mesti berfikiran macem-macem tentang yang terjadi ini? I do learn much about what happened, gua harus belajar siap untuk kondisi 'what people would say' even itu bukan yang sebenarnya terjadi. People always have something negative to say. I learn about I should face my problem, nyatanya nggak selamanya gua kabur dari masalah tanpa membuat masalah lagi.

The last, for you. I always enjoy my journey with you. We make it happen, our destination list. So, for the trouble we just made, I'll like to say sorry..

Sorenya kita membutuhkan pantai untuk melepas penat dari masalah yang seharian ini membuat mood swings dan berakhir di ayunan pantai sambil melihat matahari yang sama pergi meninggalkan bumi.

Will you go on the next trip with me (again)?

Closing statement from him,
Gua berharap ada bulan yang akan memulai cerita baru (karena kita nggak beruntung dengan matahari).

0 comments:

Posting Komentar