TRIP TO LOMBOK (PERGASINGAN HILL)

Bukit Pergasingan•
Ini adalah trip yang paling menantang dari Lombok. Niatnya kejar gerhana bulan full moon dari atas bukit, tapi kita salah tanggal. Padahal udah bela-belain skip schedule mantai di Kuta. Kita lupa kalo gerhananya 28 Juli tapi pas subuhnya... Lah kita baru otw 28 Juli jam 5 sore dari Mataram.
Perjalanan kurang lebih 2 jam dari Mataram ke desa Sembalun. Isn't a good idea untuk berangkat jam segitu, why? Jalanya lewat hutan yang gelap banget, sepi, ngga semua diberi pembatas jalan ataupun petunjuk arah, susah sinyal, rawan tebing longsor, dan dingin.
Pas ngelewatin puncak Pusuk mungkin baru jam 7 WITA, tapi semua hal di atas diperparah dengan hujan 'lokal'. Gosh! Udah hopless.. tapi nanggung, akhirnya kita bablas aja. Nyampe desa Sembalun ternyata kering... Wth.
Sesampainya di Sembalun kita ngecamp, tapi bukan di atas puncak Bukit Pergasingan. Kita cari aman, karena cuma cewek berdua jadinya ambil penginapan ala camping di Camping Ground 1000m Sembalun. Lokasinya persis di depan gerbang masuk bukit Pergasingan. Kalian bisa cek ignya di @1000m.sembalun atau WA +6281805283919 (Ibu Emilia). Pertendanya sewa 150k atau bisa juga cabin 250k, bisa juga sewa tendanya aja.  Tenda bisa muat 2-3 orang, kalo kabin mungkin 2-4 orang.

Kabin di Camping Ground 1000m Sembalun

Barang bawaan kita cuma alat bebersih dan makanan, karena baju dkk ditinggal di hotel. Di tenda kita diberi alas kasur lipat, bantal dan selimut. Pemiliknya perhatian dan baik, penjaganya juga ramah. Sesampainya disana kita disuguhkan teh panas, dibuatkan api unggun, dan dicarikan ubi untuk dibakar. Baju yang basah karena hujan di puncak Pusuk pun kering, cerita-cerita menemani malam hingga ubi dan kayu bakar habis.
Kita naik untuk mendaki jam setengah 5 pagi, sebenarnya bukit ini bukanlah bukit yang tinggi, tingginya hanya 1700an mdpl. Umumnya jika mendaki di pagi hingga sore hari ada tiket masuk seharga 10k. Pagi ya, bukan subuh. Gerbangnya berada di 1000mdpl, so sebenarnya kita hanya menanjak 700an meter. Tapiii tracknya jangan dianggap remeh, walaupun jalurnya jelas tapi beberapa titik lumayan terjal. Durasi sampai puncak kisaran 2-3 jam.

Kaos kaki yang berubah warna

Langit gelap, bulan bersinar terang hingga kalian tidak butuh flashlight, bintang pun hadir menemani. Pagi itu gua lewati dalam kisaran waktu 1.5 jam karena kejar-kejaran sama sang mentari yang mulai muncul. Ngga jarang gua dengar lonceng dari sapi yang dilepas liarkan beserta 'poopnya'.
Ternyata di puncak bukit ini banyak sekali yang sedang berkemah. Fyi, dari bukit ini kalian bisa lihat gunung di atas awan, aka. Gunung Rinjani.
Favorite part gua adalah saat mendengar adzan dari bawah bukit yang saling bersautan, nggak ada kata lain selain syukur dan pujian lainnya kepada pencipta.

 Sebelum matahari muncul

Saat sampai puncak matahari sudah mulai muncul dibalik celah bukit lainnya, matahari pun mulai memperjelas gunung Rinjani. Beberapa kali gua dengar celotehan "berhasil menaklukan bla bla bla..".

Pemandangan bukit sekitar

Bagi gua bukan bangga berhasil menaklukan bukit ini, tapi bersyukur atas kesempatan berada di atas bukit ini. Alhamdulillah bisa melihat indahnya bukit dan gunung Rinjani di pagi itu, dari sisi pandang bukit Pergasingan.

Setelah matahari mulai muncul

Tidak lama berselang, pagi nan indah itu berubah mencekam. Kepanikan melanda ketika teguran dari pencipta menyapa Lombok. Guncangan gempa 6.4 sr. membuat semua orang panik. Celotehan tadi berubah menjadi takbir dan permohonan ampun. Posisi kita saat itu ada di pinggir bukit, beruntungnya ada tenda yang cukup kuat untuk berpegangan.

Setelah matahari muncul sebelum gempa

Beberapa bagian bukit mulai retak dan longsor. Semua orang dan porter dikumpulan di tengah bukit dalam posisi duduk, guncangan gempa tidak sebentar dan selalu disusul gempa lain. Tangisan dan kepanikan menyeruak pagi itu. Banyak yang mengira bahwa itu gunung Rinjani yang aktif, bagusnya di sana sinyal cukup lancar. Updatenya bukan karena gunung Rinjani yang aktif.
Porter dan ketua regu dadakan pagi itu menyarankan tenang sembari packing tenda, tidak lupa merapikan sampah. Semua orang diminta untuk menunggu guncangan berhenti (karena susulannya berkali-kali) sebelum turun, dan turun bersama-sama. Porter pun mengecek track daki yang ternyata beberapa bagian telah longsor ataupun tidak aman untuk dilewati. Akhirnya track 700m berubah menjadi 2.5 km karena porter memutuskan membuka jalan baru yang lebih jauh tapi aman dengan mengitari bukit.

Perjalanan mengitari bukit

Kita turun ditemani gempa susulan sepanjang perjalanan. Sesampainya di bawah bukit, ternyata desa Sembalun mendapat dampak yang parah karena gempa hari itu, kaca kabin di camping ground pun pecah, banyak rumah warga rata dengan tanah.
Tidak sampai disitu, kabar gempa susulan terus terdengar. Untungnya ada rombongan dari Pringgabaya yang mau memback up kita berdua. Malah hingga mampir pulang sampai Pringgabaya yang cukup aman.
Warganya sangat antusias dengan cerita kita dari atas bukit tadi, dengan kami berdua yang singgah di rumah mereka karena "orang Bogor". Gossipnya malah ada bapak gubernur juga di siang itu. Keluarganya baik sekali, kita disuguhkan makanan, malah diminta stay disana karena "kalian kan ngga punya keluarga di Lombok". Padahal kita baru kenal di bukit tadi, padahal kita baru singgah di siang itu. Satu kalimat dari Inak alias Ibu saat kita pamit pulang karena kita masih bisa stay di Praya yang Insya Allah aman, yaitu "Nggak ngerepotin, kan sama-sama orang Indonesia." nyesss.. Disitu I'm so proud of being Indonesian people. This is the real Indonesia culture.
Hingga akhirnya pergi pulang dari Lombok gua ga bisa bedain mana gempa mana perasaan aja karena susulannya ratusan kali.
Sedihnya beberapa hari berselang gempa lebih besar terjadi. Semoga Lombok diberi keselamatan dan kekuatan atas bencana ini..
Lombok tetap berkesan untuk gua..
Keindahan pulau ini tidak akan terlupa..
Ogi, keluarga Ogi, Bapak Anja dan Faisal, terima kasih atas bantuannya.. Semoga kalian semua aman..

0 comments:

Posting Komentar