I already miss it.
Musiknya yang makin malam makin ramai, jauh beda dengan Ubud. Yap, kalo yang kalian butuhin adalah relaksasi dari kepenatan, Ubud adalah tempat yang cocok untuk kalian. Salahnya, yang gua butuhin adalah hiburan dan liburan. Sayangnya, cuaca Bali sedang tidak bersahabat. Mungkin itu adalah salah satu alasan untuk balik lagi ke sana.
Sorenya kita gunain untuk belanja aneka handmade stuff disana, mulai dari kain bali, dream catcher, beragam aksesoris, buku organik, dan pajangan lainnya hadir. Jangan harap kehadiran 'pasar' Seni Ubud bakal nemuin harga murah. Disana harga yang ditawarkan adalah untuk turis interlokal. Saran gua mending tanya di toko kecil pinggir jalan.
Pura Saraswati
Pura Ubeh
Kita pun lanjut cari Pura Sarawati yang seharusnya ada tari Kecak, tapi ternyata adanya tari Barong. Jadi kita pindah Pura ke Ubeh untuk nonton kecak dan fire dance, sayangnya lokasinya semi indoor. Perorang bayar 75rb dengan durasi sekitar 1 jam dimulai pukul 19:30wita. Dari sekitar 50an penonton, hanya 3 yang orang lokal. Sisanya, bule dan pakle. Entahlah, jiwa seni gua aja sih kayaknya yang kurang bagus, so i didn't made a review.
But, gua salut dengan adat istiadat di Bali. Segala upacara adat dan keagamaan disana. Nggak peduli lokal atau interlokal, contohnya pas Nyepi. Semua kegiatan bisa berhenti gitu aja, lampu padam, meminimalisir kegiatan yang dilakukan. Gua dapat pelajaran bagus dari cerita abang Grab car, dia saranin cobain rasanya Nyepi di Bali. Kenapa? Malamnya kita bisa lihat Ogoh-ogoh diarak sementara besoknya 24 jam semua kegiatan tidak ada. Katanya, anjing pun nggak ngegonggong saat nyepi. Katanya lagi, alasan harus cobain nyepi adalah untuk mengingat kematian. Karena keadaan yang benar-benar sunyi. Remainder aja sih buat gua personal.
Jumat paginya bagusnya cerah, setelah breakfast dengan roti isi telur dan segelas susu yang dateng hampir jam 10, kita caw ke Sacred Monkey Forest Ubud. Biasa, nengok sodara seperimata. Hal serupa masih terjadi disini, yaitu para Macaca Fascicularis sebagai penghuni Pura keramat. Bagusnya, jangan keluarkan sembarang benda karena monyet disini iseng. Mau foto bareng? Boleh. Pancing monyet dengan pisang, tolong jangan sembarangan kasih mereka makanan. Kata petugas, jangan tatap matanya karena bagi monyet sikap itu menantang mereka dan jangan sentuh mereka kecuali mereka yang menyentuh kita. Hutan ini cukup luas dan rindang.
Pulang dari jenguk sodara, kita balik ke bungalow karena hujan kembali turun. Padahal niat awal kita adalah langsung ke Padang Bai. So, menikmati hujan dengan hawa pedesaan enaknya sambil makan mie kuah dengan cabe rawit dan telur. Abis itu hujan belum berhenti dan ditunggu sambil tidur.
Pantai Padang Bai
So the another alternatif adalah Pantai White Sand Beach atau Bias Tugel. Jaraknya hanya 2km dari Padang Bai. Akses jalannya belum begitu baik karena kita perlu jalan setapak dari parkiran kendaraan. Terbayarkan lah dengan Pantai beasir putih, air biru jernih, sepi, dan dihiasi batuan pinggir pantai. Beautiful. Jujur, ini pantai tercantik yang pernah gua datangi, mungkin gua yang norak. But I really love it. Walaupun hari mendung tanpa adanya matahari terbenam, pantai ini udah cantik. Gua ga yakin bisa describe pantai ini kalo kondisinya cerah. Dengan mata telanjang pun kita bisa liat ikan-ikan. Ombak pun tenang. Seriously perfect. Sayangnya gua ga sempet ke Blue Lagoon Beach. Katanya lebih indah lagi. Dan juga gua ga bisa lama di White Sand Beach karena seharusnya udah tutup jam 6 sore. Bukan apa-apa, di Bogor sih okelah jam 12 malam pun masih ramai. Lah disini jam 7 aja sepi.
0 comments:
Posting Komentar