Hanya Kamu

Hanya Kamu - Puisi

Sekeras apapun aku mencoba lari, aku tetap tidak bisa
Aku hanya merasa luka ini semakin menyakitkan.

Apa kamu bisa merasakan apa yang aku rasakan?
Aku yakin tidak.

Sedih yang sangat menyesak didada?
Aku yakin juga tidak.

Apa kamu pernah tau betapa sulitnya aku melupakanmu?
Aku yakin tetap tidak.

Melupakan kenangan-kenangan yang pernah terjadi diantara kita?
Kamu pasti akan bilang tidak.

Disini hanya ada kamu…
Kamu memberikanku banyak kenangan…
Hanya kamu yang bisa melakukan semua itu…
Aku masih menunggu…
Menunggumu yang masih didalam pikiranku…

Membencimu itu hal yang teramat  sulit…
Aku merindukanmu…
Aku sungguh merindukanmu… walau aku sakit karenamu,
                         Aku sangat mencintaimu… dan aku sungguh mencintaimu…

THA-IN-LOVE (MUAY THAI in THAILAND)

FINALLY!!!

I tried Muay Thai training in Thailand!!!



Thailand, February 2019.

Akhirnya salah satu mimpi gue tahun ini tercapai yaitu, latihan Muay Thai di Thailand. Sponsorship by pacar gue. Hehehe. Sebelumnya, mimpi gue selalu mau explore negara gue tercinta ini. Yaaa tapi siapa juga yang mau nolak kalo diajak liburan ke luar negeri?

And here the story begins…

November 2018 gue ketemu seorang laki-laki penggiat muay thai juga, bahkan bisa dibilang fighter. Doi lah yang menculik sekaligus mewujudkan salah satu mimpi gue untuk latihan muay thai di Thailand. Awal Februari kita berangkat dari CGK-KL-Krabi-Koh Lanta. Perjalanan sekitar 8.5 jam dari Indonesia, well balik lagi ke transit dan delay pesawat. CGK-KL memakan waktu 2 jam, transit 2 jam, KL-Krabi 1.5 jam, dan Krabi-Koh Lanta 3 jam. Yap. Kita bukan ke kota besar macam Bangkok atau Phuket. Kita menuju Koh Lanta, Krabi, Thailand.

Koh Lanta merupakan salah satu pulau kecil di Thailand yang terbagi menjadi Koh Lanta Noi atau “Pulau Lanta Kecil” dan Koh Lanta Yai atau “Pulau Lanta Besar”. Kebanyakan turis menghabiskan waktu di Koh Lanta Yai atau simpelnya kita bilang Koh Lanta.

*Pemandangan dari atas kapal*

Dari airport menuju Koh Lanta kita menyewa taksi, perjalanan panjang tanpa macet. Eh jangan iri, disini macetnya tetap ada. Tapi karena mengantri untuk menyebrang dari Krabi Ke Koh Lanta Noi. Well antara Koh Lanta Noi dan Yai juga terpisah, tapi ngga perlu kapal lagi. Karena ada jembatan namanya Sri Lanta Bridge. Disini mata kalian akan termanjakan dengan birunya air laut sepanjang mata memandang. Pepohonan rindang yang pasti jauh dari kata ‘kota’.

Disini kita stay sekaligus latihan di Lanta SportResort untuk satu bulan. Sebenarnya ini sekaligus nemenin pacar gue tanding di awal bulan Maret. Disini mereka menyediakan Gym room, Superior room, Deluxe room, Pool access room, dan Family apartment. Tiap kamar bisa dibundling dengan paket latihan muay thai dan boot camp disana. Lebih jelas bisa langsung meluncur ke websitenya.

*Ini kasur kita di Superior room* 

Tiga kata langsung terucap saat gue sampai disini. I’m in Love. Gue selalu mendambakan hidup chill di pulau yang jauh dari kota. Tetap bisa latihan muay thai. Lebihnya lagi disini ada animal rescue center yaitu Lanta Animal Welfare which is very perfect buat gue yang lulusan Veterinary Nurse (walaupun belum dipake juga itu gelar). Plusnya lagi, mayoritas penduduk asli disini muslim, so gue ngga berasa jauh dari Indonesia. Masih dengar suara adzan dimana-mana, ngga bingung makanan halal atau mushola.

*Kitty Cafe di Lanta Animal Welfare* 

Selama sebulan disana, gue cuma bolos 2 hari tanpa latihan muay thai. Yaiyalahhh pasti memaksimalkan pengalaman dan belajar disana. Kadang malah sehari 2x latihan, atau at least lari ke pantai. Walupun gitu berat badan gue cuma turun sekilo, mubazir banget kalo liburan tapi ngga kulineran jadi kita tetap memanjakan lidah.

*Ini suasana di camp muay thai*

Selama sebulan disana bisa dikatakan gue udah menjelajah 90% pantai yang terdeteksi oleh Google maps. Kalo aja gue bisa renang, mungkin gue udah renang dari ujung ke ujung pulau, karena asli, bening semua. Mungkin setelah ini gue bakal bahas tiap pantainya dan seberapa jauh dari Lanta Sport Resort.
 Ciaooo!!!

TRIP TO LOMBOK (BEACH BABIES)

Perjalanan nyantai di pantai dimulai dari Pantai Tebing di Lombok Utara. Hari itu jadwal sebenarnya harusnya ke Gili Trawangan, berhubung ombak lagi tinggi akhirnya kita cari aman dengan stay di Senggigi den melipir ke pantai sekitarnya.

*Pantai Tebing*

Akses jalannya memang belum aspal full hingga pantai, tapi mudah diakses karena dekat dengan jalan raya. Tbh, ekspetasi gua kurang sebanding kenyataannya. Gua kira tebingnya tinggi menjulang, tapi ngga. Bagusnya sih sepi dan bersih, macam private beach di Pekalongan dulu. Menurut papan petunjuknya, pantai ini merupakan warisan alam kawasan geopark Rinjani. Pasir di pantai Tebing berwarna hitam, cukup kontras dengan warna tebingnya yaitu cokelat terang. Hati-hati dengan tebing yang mungkin longsor atau runtuh ketika disandari. Mending kesini nyender sama gebetan ya daripada sama tebing, dia rapuh. Warna airnya biru gelap, ombaknya stabil hari itu. Tapi gua kira pantai Tebing dapat dinikmati dengan cantik ketika matahari datang atau pergi.


*Pantai Nipah*

Pantai selanjutnya hari itu adalah pantai Nipah, sebenarnya ini random berhubung kita sedang dalam perjalanan menuju Senggigi. Ternyata dari beberapa blog pantai ini masuk ke dalam list pantai dengan sunsetnya yang indah. Benar. Matahari benar hilang di ujung laut, hari itu matahari benar pergi dengan cantik sekaligus sunset terindah yang kita nikmati selama perjalanan ini. Sayangnya, pantai Nipah kebersihannya kurang terjaga, atau entahlah apa itu sampah yang terbawa ombak dari laut.
Keesokan paginya, ala-ala morning workout by the beach sekaligus menunggu sunrise. Posisi hotel kita berada persis di depan gang masuk ke pantai Senggigi. Tiket masuk pejalan kaki yaitu 1k, even itu masih pagi banget tapi udah ada penjaganya. Sepengelihatan gua, sepertinya pantai Senggigi ini cukup ramai, karena banyak kafe dan hotel by the beach. Kita melipir pantai Senggigi untuk mencari spot, tapi nggak ada yang cocok, akhirnya kita jogging ke pantai Kerandangan 2 yang tidak jauh dari sana (between 2km lol).


*Pantai Kerandangan 2*

Setelah masuk ke gerbang masuk pantai Kerandangan 2 kita akan berjalan di kebun kelapa. Sapi di pagi itu sudah mulai digembalakan. Bagusnya kita dapat spot cocok untuk morning workout. Ombaknya menggoda untuk bermain-main, tapi kita berdua tidak punya banyak waktu karena urusan perut yaitu sarapan.
Hari itu kita tutup dengan menikmati sunset di pantai Kuta Mandalika Lombok, karena kita pindah stay ke daerah Kuta yang persis spot sea view. Laut sore itu surut hingga banyak anak kecil yang mencari yuyu alias kepiting. Sayangnya sunset tidak muncul dengan sempurna karena langit berawan. Daerah Kuta makin ramai saat malam.


*Pantai Kuta Mandalika*

Penasaran dengan mentari di pantai Kuta, besok paginya kita coba workout by the beach disana. Lagi-lagi kita tidak mendapatkan matahari yang sempurna tapi kita bertemu banyak teman baru. Siapa? Mereka adalah anak-anak yang tinggal di dekat pantai Kuta. Mereka dengan antusiasnya ikut #300SquatsChallenge yang lagi gua lakuin hari itu. Selain itu kita juga push-up, planking, jumping jack, skipping, lomba lari dan lil' boxing time. Seriously, mereka seru banget. Kenal mereka hari itu buat gua banyak bersyukur atas kondisi gua sekarang. Yup, nyatanya kita emang bisa belajar dimana aja dan dari siapa aja.
Setelah sarapan pagi itu kita lanjut tanning menuju Pantai Tanjung Aan. Jarak Pantai Kuta ke Tanjung Aan kurang lebih 6km. Jalanan menuju pantai belum begitu bagus, kurang lebih 2km jalanan yang kita lewati adalah batuan, tapi semuanya berbalas sempurna dengan laut yang biru jernih, pantai pasir bersih dan halus dengan warna hampir putih. Dari pantai Tanjung Aan kita bisa melihat Bukit Merese dan Pantai Batu Payung. Disini juga banyak pemilik kapal yang menawarkan 3 spot diatas dengan perahu mereka. But be careful. Para pemilik perahu biasanya menawarkan harga 150k/orang untuk 3 spot diatas, mostly 100k. Berbekal jurus tawar-menawar yang handal, kita hanya bayar 100k/2orang.
Drama agak terjadi ketika kita ditinggal di Bukit Merese, well sebenarnya kita bisa aja jalan kaki mengitari bukit untuk balik ke pantai, tapi jauh bro.




*Pantai Tanjung Aan dan Bukit Merese*

Pemandangan dari atas bukit Merese masih berbekas di ingatan gua. Hamparan bukit "Savanna" melintang sempurna, laut yang biru nan cantik. 
Bukit Merese di bulan Juli, indah.
Ombak yang lumayan tinggi menyebabkan kita batal melipir ke Pantai Batu Payung, ngeri. Tapi kita sempat berfoto dari kejauhan, daripada nggak sama sekali.
Gempa yang mengguncang Lombok agaknya membuat kita berdua parno untuk melipir ke pantai. Tapi... liburan harus lanjut.
Pantai selanjutnya yang kita datangi adalah pantai Selong Belanak, yaaa entah efek gempa sebelumnya atau memang anginnya hari itu yang parah menyebabkan kita gagal melipir. Padahal biaya masuk pantai 10k dan sepertinya pantainya bagus (karena kita mendaki undakan untuk melihat pantai Selong Belanak dari kejauhan).

*Pantai Selong Belanak dari kejauhan*

Sore harinya kita masih penasaran dengan Pantai sekitarnya yaitu pantai Mawun, sore itu pantai cukup sepi atau memang pantainya sepi. Entahlah. Tarif masuk Pantai Mawun sama dengan pantai Selong Belanak yaitu 10k. Pantai Mawun menurut gua kurang bagus untuk dinikmati di sore hari karena matahari tenggelam di sisi bukitnya, bukan di laut.



*Pantai Mawun*

Pantai terakhir yang kita kunjungi adalah Pantai Bilasayak di Taman Nasional Gunung Tunak. Gosh. Jalanannya parah bro. Pantainya kurang terawat, well ya pantainya sepi, dan masih natural. Entahlah, sepertinya pengelola lupa dengan menjaga kebersihan, padahal ada tiket masuknya. Tracknya untuk sampai di Pantai Bilasayak ngga gampang, petunjuk jalan yang nggak jelas adanya menambah kesulitan. Ada satu lagi masalahnya, no signal. Beberapa satwa Taman Nasional bisa kita temui seperti rusa, (kupu-kupu harusnya), sapi, ular, kadal, dan sejenisnya. Agak sayang aja sih kalo belum dikelola dengan maksimal, padahal berpotensi banget.



 *Pantai Bilasayak*

Udah sih, gua masih utang banyak spot di Lombok yang perlu dikunjungi.
Mungkin lusa atau dilain hari.
Ciaooo~~~

TRIP TO LOMBOK (PERGASINGAN HILL)

Bukit Pergasingan•
Ini adalah trip yang paling menantang dari Lombok. Niatnya kejar gerhana bulan full moon dari atas bukit, tapi kita salah tanggal. Padahal udah bela-belain skip schedule mantai di Kuta. Kita lupa kalo gerhananya 28 Juli tapi pas subuhnya... Lah kita baru otw 28 Juli jam 5 sore dari Mataram.
Perjalanan kurang lebih 2 jam dari Mataram ke desa Sembalun. Isn't a good idea untuk berangkat jam segitu, why? Jalanya lewat hutan yang gelap banget, sepi, ngga semua diberi pembatas jalan ataupun petunjuk arah, susah sinyal, rawan tebing longsor, dan dingin.
Pas ngelewatin puncak Pusuk mungkin baru jam 7 WITA, tapi semua hal di atas diperparah dengan hujan 'lokal'. Gosh! Udah hopless.. tapi nanggung, akhirnya kita bablas aja. Nyampe desa Sembalun ternyata kering... Wth.
Sesampainya di Sembalun kita ngecamp, tapi bukan di atas puncak Bukit Pergasingan. Kita cari aman, karena cuma cewek berdua jadinya ambil penginapan ala camping di Camping Ground 1000m Sembalun. Lokasinya persis di depan gerbang masuk bukit Pergasingan. Kalian bisa cek ignya di @1000m.sembalun atau WA +6281805283919 (Ibu Emilia). Pertendanya sewa 150k atau bisa juga cabin 250k, bisa juga sewa tendanya aja.  Tenda bisa muat 2-3 orang, kalo kabin mungkin 2-4 orang.

Kabin di Camping Ground 1000m Sembalun

Barang bawaan kita cuma alat bebersih dan makanan, karena baju dkk ditinggal di hotel. Di tenda kita diberi alas kasur lipat, bantal dan selimut. Pemiliknya perhatian dan baik, penjaganya juga ramah. Sesampainya disana kita disuguhkan teh panas, dibuatkan api unggun, dan dicarikan ubi untuk dibakar. Baju yang basah karena hujan di puncak Pusuk pun kering, cerita-cerita menemani malam hingga ubi dan kayu bakar habis.
Kita naik untuk mendaki jam setengah 5 pagi, sebenarnya bukit ini bukanlah bukit yang tinggi, tingginya hanya 1700an mdpl. Umumnya jika mendaki di pagi hingga sore hari ada tiket masuk seharga 10k. Pagi ya, bukan subuh. Gerbangnya berada di 1000mdpl, so sebenarnya kita hanya menanjak 700an meter. Tapiii tracknya jangan dianggap remeh, walaupun jalurnya jelas tapi beberapa titik lumayan terjal. Durasi sampai puncak kisaran 2-3 jam.

Kaos kaki yang berubah warna

Langit gelap, bulan bersinar terang hingga kalian tidak butuh flashlight, bintang pun hadir menemani. Pagi itu gua lewati dalam kisaran waktu 1.5 jam karena kejar-kejaran sama sang mentari yang mulai muncul. Ngga jarang gua dengar lonceng dari sapi yang dilepas liarkan beserta 'poopnya'.
Ternyata di puncak bukit ini banyak sekali yang sedang berkemah. Fyi, dari bukit ini kalian bisa lihat gunung di atas awan, aka. Gunung Rinjani.
Favorite part gua adalah saat mendengar adzan dari bawah bukit yang saling bersautan, nggak ada kata lain selain syukur dan pujian lainnya kepada pencipta.

 Sebelum matahari muncul

Saat sampai puncak matahari sudah mulai muncul dibalik celah bukit lainnya, matahari pun mulai memperjelas gunung Rinjani. Beberapa kali gua dengar celotehan "berhasil menaklukan bla bla bla..".

Pemandangan bukit sekitar

Bagi gua bukan bangga berhasil menaklukan bukit ini, tapi bersyukur atas kesempatan berada di atas bukit ini. Alhamdulillah bisa melihat indahnya bukit dan gunung Rinjani di pagi itu, dari sisi pandang bukit Pergasingan.

Setelah matahari mulai muncul

Tidak lama berselang, pagi nan indah itu berubah mencekam. Kepanikan melanda ketika teguran dari pencipta menyapa Lombok. Guncangan gempa 6.4 sr. membuat semua orang panik. Celotehan tadi berubah menjadi takbir dan permohonan ampun. Posisi kita saat itu ada di pinggir bukit, beruntungnya ada tenda yang cukup kuat untuk berpegangan.

Setelah matahari muncul sebelum gempa

Beberapa bagian bukit mulai retak dan longsor. Semua orang dan porter dikumpulan di tengah bukit dalam posisi duduk, guncangan gempa tidak sebentar dan selalu disusul gempa lain. Tangisan dan kepanikan menyeruak pagi itu. Banyak yang mengira bahwa itu gunung Rinjani yang aktif, bagusnya di sana sinyal cukup lancar. Updatenya bukan karena gunung Rinjani yang aktif.
Porter dan ketua regu dadakan pagi itu menyarankan tenang sembari packing tenda, tidak lupa merapikan sampah. Semua orang diminta untuk menunggu guncangan berhenti (karena susulannya berkali-kali) sebelum turun, dan turun bersama-sama. Porter pun mengecek track daki yang ternyata beberapa bagian telah longsor ataupun tidak aman untuk dilewati. Akhirnya track 700m berubah menjadi 2.5 km karena porter memutuskan membuka jalan baru yang lebih jauh tapi aman dengan mengitari bukit.

Perjalanan mengitari bukit

Kita turun ditemani gempa susulan sepanjang perjalanan. Sesampainya di bawah bukit, ternyata desa Sembalun mendapat dampak yang parah karena gempa hari itu, kaca kabin di camping ground pun pecah, banyak rumah warga rata dengan tanah.
Tidak sampai disitu, kabar gempa susulan terus terdengar. Untungnya ada rombongan dari Pringgabaya yang mau memback up kita berdua. Malah hingga mampir pulang sampai Pringgabaya yang cukup aman.
Warganya sangat antusias dengan cerita kita dari atas bukit tadi, dengan kami berdua yang singgah di rumah mereka karena "orang Bogor". Gossipnya malah ada bapak gubernur juga di siang itu. Keluarganya baik sekali, kita disuguhkan makanan, malah diminta stay disana karena "kalian kan ngga punya keluarga di Lombok". Padahal kita baru kenal di bukit tadi, padahal kita baru singgah di siang itu. Satu kalimat dari Inak alias Ibu saat kita pamit pulang karena kita masih bisa stay di Praya yang Insya Allah aman, yaitu "Nggak ngerepotin, kan sama-sama orang Indonesia." nyesss.. Disitu I'm so proud of being Indonesian people. This is the real Indonesia culture.
Hingga akhirnya pergi pulang dari Lombok gua ga bisa bedain mana gempa mana perasaan aja karena susulannya ratusan kali.
Sedihnya beberapa hari berselang gempa lebih besar terjadi. Semoga Lombok diberi keselamatan dan kekuatan atas bencana ini..
Lombok tetap berkesan untuk gua..
Keindahan pulau ini tidak akan terlupa..
Ogi, keluarga Ogi, Bapak Anja dan Faisal, terima kasih atas bantuannya.. Semoga kalian semua aman..

TRIP TO LOMBOK (SCHEDULE)


“Once a year, go someplace you never been before.”

Awal November tahun 2017 gue baca travel blogger yang backpack sampai Lombok via kapal laut, untuk memastikan ke-worth-it-an-nya: I did the same. 
Well it’s not really backpacker, but we carried a backpack (bag) lol. The trip takes 10 days, and here is the schedule:

Day 1
06.00 KRL Bogor - PSE 10k
10.00 PSE - SBY Gubeng 110k (50k untuk beli makan di kereta)


Day 2
02.00 Check in Tab Capsule Kayoon Hotel 225k/2
08.00 Breakfast
10.00 Check out
10.30 Zangrandi Ice Cream (40k tergantung kalian pesan apa)
12.00 Masjid Cheng Ho (25k grab car)
13.00 House of Sampoerna (25k grab car)
14.00 Surabaya North Quay (30k grab car) 10k tiket masukn sekaligus free air mineral, 20k gado-gado.
16.00 Tanjung Perak – Lembar (157k free makan 3x)

Kayoon Tab Capsule Hotel


Day 3
17.00 Lembar – Mataram (90k grab car)
18.30 Check in Kurnia Jaya Hotel Mataram 135k/2
20.00 Islamic Center + Taman Sangkareang + Dinner 50k
Islamic Center Lombok

Day 4
09.00 Islamic Center Menara asmaul husna 5k
10.30 Check out
11.00 Mataram – Pantai Tebing
13.00 Air terjun & Rumah Pohon Gangga (10k parkir, 50k guide, 20k lunch)
18.00 Sunset Pantai Nipah
19.00 Check in Sendok Hotel Senggigi 104k
20.00 Lombok Epicentrum Mall, dinner Sate Rembiga 50k
Sunset Pantai Nipah

Day 5
06.00 Morning exercise + sunrise Pantai Senggigi (1k) & Pantai Kerandangan
08.00 Breakfast
10.00 Check out
11.00 Lombok Elephant Park 90k, 30k ice cream gelato lol.
15.00 Senggigi – Kuta
16.30 Check In Sekar Kuning Hotel Kuta 350k/2night/2person
17.00 Sunset Kuta + shopping time (kkk) + dinner 50k
Lombok Elephant Park


Day 6
06.00 Morning exercise Pantai Kuta
08.00 Breakfast
10.00 Tanjung Aan 5k motor, 50k speed boat Bukit Merese & Batu Payung
15.00 Kuta – Mataram lunch sate Bilasayak 20k
17.00 Mataram – Sembalun
19.00 Camping ground 1000m Sembalun 150k/tenda
Camping Ground 1000m Sembalun

Day 7
04.00 Pendakian Bukit Pergasingan
11.00 Rest Pringgabaya
13.00 Pringgabaya – Mataram
14.30 Mataram – Kuta
15.30 Kuta – Praya
16.00 Check in Wisma Dhana Praya 375k/3night/2person
17.00 Taman Mujahirin Praya dinner 20k
Pemandangan Gn. Rinjani dari Bukit Pergasingan

Day 8
08.00 Breakfast
10.00 Pantai & bukit Selong belanak 10k
14.00 Desa Sasak Ende 50k (seikhlasnya) untuk guide
16.00 Pantai Mawun 10k
19.00 Dinner Pawon ST Praya 50k
Desa Sasak Ende

Day 9
08.00 Breakfast
10.00 Gunung Tunak & Pantai Bile sayak 10k/person
14.00 Pantai Kuta (shopping time)
16.00 Kuta – Praya
17.00 Praya - Mataram
20.00 Mataram – Praya
Pantai Bile Sayak Taman Nasional Gn. Tunak

Day 10
05.00 Check out Praya & LOP (Taxi 100k)
06.30 LOP-CGK 870k
08.00 CGK – Bogor 55k

Transport:
Kereta 110k
Kapal 157k
Grab car 300k/2
Motor 400k/2
Bensin 200k/2
Pesawat 870k (hoki-hokian shayyy, kita pake pesawat yang parkir di Terminal 3 lol)
Damri 55k
Total +-1.650k

Hotel:
Kayoon Tab Capsule 225k
Kurnia Jaya Mataram 135k
Sendok Hotel Senggigi 204k
Sekar Kuning Kuta Lombok 350k
Camping Ground 1000m Sembalun 150k
Wisma Dhana Praya 375k
Total 1.439k/2 = 720k

Di luar budget di atas kita spare 1.5an untuk makan, tiket masuk, dan oleh-oleh. Tiap budget bisa menyesuaikan tergantung makan apa, destinasi kemana, dan keahlian nawar.

Every detail of each destination coming soon! 
Hope it'll help u!
Ciao!

Kopiku-Kopimu

Aku suka kopi,
Tadinya tidak seperti ini.
Mungkin karena kamu.
Kopi mengingatkanku padamu.

Aku suka kopi,
Yang aku minum bersamamu.
Aku suka kopi,
Sesuka aku bersamamu.
Walaupun kamu sama seperti kopi,
Yang ditambah gula tetap pahit.
Walaupun kamu sama seperti kopi,
Yang aku tunggu hingga mengendap.

Aku suka kopi,
Tadinya tidak seperti ini.
Walaupun kini,

Tidak ada kamu disini.

Bukit Sikunir.

It's not really short trip. But yeah, it's just a short trip.
And of course, with him.
Gua awalnya hanya niat pergi menjauh dari Bogor, sebentar (untuk kabur dari kondisi tertentu). Entah kemana dan berakhir disini (lagi), Pekalongan. Kamis-Minggu pagi gua melancong ke daerah Jawa Timur, niatnya mau nyari pantai di daerah Pacitan, tapi ternyata ada longsor dan rawan. So, Sunday morning gua berangkat ke Pekalongan, tentu setalah mendapat persetujuan tuan rumah. Ternyata perjalanan ini menjadi panjang..

Gua sampai di Pekalongan jam setengah 11 malam, we're at the city, but it's different with Bogor or Jakarta. Disini jam 11 di hari Minggu cafe udah jarang yang buka, ataupun hampir closed order, mau cari McD, Circle K, atau sejenisnya yang 24 hours ga ada. Ternyata ada Coffee shop yang masih mau bukain untuk kita. Konsep coffee shopnya lumayan asik untuk ngopi, ngeteh, have a meal or snack. Cerita-cerita singkat kita mulai meluncur dipertengahan malam itu.


Melalui pertimbangan jarak antara Pekalongan-Batang yang lumayan memerlukan waktu, nggak sopannya kalo bertamu (ke rumah cowok) di malam hari, yaaa gua jadinya bermalam di salah satu hotel di dekat stasiun. Siangnya gua check out dan jalan-jalan sambil nunggu dia jemput. OMG disini yang namanya bioskop ramenya ga bohong, kayaknya satu-satunya di Mall Borobudur ini. Malah katanya mesti pesen dulu. Gua yang tadinya gabut mau nonton FF8 pun gagal karena ngeliat antriannya, disini juga ngga ada tempat nongkrong asik. Pilihan gua meluncur ke masjid, ngadem dan jalan ke ACP Pekalongan yang dulu pernah gua datangi juga.

Jadwal gua kesana itu untuk melihat Golden Sunrise di Bukit Sikunir yang katanya indah. Sebenernya karena kalo ke Gunung Prau nggak cukup waktu aja. Kita sampai di Batang jam 7an, abis isya kita prepare dan meluncur kesana (well gua tamu yang sopan ya?).

Perjalanan malam yang gelap, sepi, dan makin lama makin dingin. Dari Batang sampai Bukit Sikunir memakan waktu 2 jam. Suguhan lampu-lampu kota yang terlihat, lekukan pegunungan yang kokoh berdiri, bintang dan bulan yang menggantung, hamparan udara dingin (belasan celcius deh kayaknya), benar-benar membuat malam ini indah. Terlepas dari masalah yang gua bawa dari Bogor, I just can say 'Masha Allah'. 
This places make me realize how tiny I am and my problem.
Sampai disana untuk mendirikan tenda perlu membayar kontribusi untuk lingkungan sebanyak 10.000 rupiah dan parkir untuk motor 5.000 rupiah. Beberapa peraturan akan dijelaskan petugas seperti tidak membawa senjata tajam, aklohol, tidak satu tenda antara laki-laki dan perempuan yang belum menikah, tidak melakukan tindakan asusila,  tidak merusak lingkungan dan bersedia digeledah apabila terjadi sesuatu. Well kita bikin satu tenda tapi gua nggak tidur (dingin asli), gua ngegosip bareng anak SMA di tenda sebelah.

Jam 03.30 kita cari teh hangat untuk mengurangi dinginnya udara. Wajar gua cuma pakai kaos lengan panjang dan selapis jaket tipis untuk running. What a wrong combination? Menunggu teman mendaki di pagi buta jam 4 kurang kita mulai mendaki yang jaraknya ngga begitu jauh, tapi ting Jarak dari basecamp ke puncak paling 1 km. Diatas disediakan mushola untuk shalat (dengan air yang benar-benar dingin). Gua menunggu adzan subuh di spot di bawah mushola yang cukup ramai untuk mereka yang malas naik sampai ke puncak. Weekdays kayak gini pun pengunjung nggak sepi. Gua nggak bisa mendekskripsikan indahnya pagi itu.


Setelah shalat subuh kita pun naik hingga ke puncak, tapi bukan puncak yang sama dengan orang-orang, spot yang biasanya dituju orang merupakan spot dengan gazebo, tapi gua ke puncak lainnya. Disini lebih tinggi sedikit dan berada dibelakang puncak bergazebo tersebut.

Perlahan tapi pasti matahari mulai menampakan diri, mengintip dari gumpalan awan. Gelapnya langit yang berbintang pun perlahan sirna digantikan golden sunrise yang kita tunggu. Perfect. Beautiful. I can't explain how it's. Kalian cuma butuh kesana dan buktikan keindahannya.

The world's taught me how to be grateful.
Hari itu akan menjadi hal yang bersejarah, nggak akan permah gua lupain. Satu dan lain hal kita bikin trouble disana. Dianggap sehotel dan sekamar serta ke Dieng setenda. Goshhh, we were not in the kind of that relationship. C'mon, ya I do have special feeling for him, but it's over. We just a best craziest friend. Yaaa I know people would talk about 'Mau gimana pun kalian cewek-cowok' Yes of course, but can't you just thinking about the normal things???



The worst things yang terjadi di penutup journey gua dan dia bukanlah moment end yang baik. Ibarat putus ya ini nih yang ngga baik. I feel bad about kondisi ini, keluarga dia yang udah baik banget mesti berakhir kecewa dengan kita. I do confused because that things, setelah ini kali ketiga gua kesana, kenapa mereka mesti berfikiran macem-macem tentang yang terjadi ini? I do learn much about what happened, gua harus belajar siap untuk kondisi 'what people would say' even itu bukan yang sebenarnya terjadi. People always have something negative to say. I learn about I should face my problem, nyatanya nggak selamanya gua kabur dari masalah tanpa membuat masalah lagi.

The last, for you. I always enjoy my journey with you. We make it happen, our destination list. So, for the trouble we just made, I'll like to say sorry..

Sorenya kita membutuhkan pantai untuk melepas penat dari masalah yang seharian ini membuat mood swings dan berakhir di ayunan pantai sambil melihat matahari yang sama pergi meninggalkan bumi.

Will you go on the next trip with me (again)?

Closing statement from him,
Gua berharap ada bulan yang akan memulai cerita baru (karena kita nggak beruntung dengan matahari).